Selasa, 20 Desember 2016

Moda Daring Bahasa Indonesia, Kreatif Oeeeee

Daring ( Dalam Jaringan) mata pelajaran pelajaran bahasa Indonesia untuk DKI Jakarta paling diminati para guru. Tidak heran setiap ada pertemuan puluhan peserta daring berjubel memadati sekolah tempat pelaksanaan daring.
            Berjubelnya peserta mengikuti daring tidak terlepas dari semangat para guru bahasa Indonesia yang kreafif dan cekatan mencari dan mengundang pengampu untuk memandu pelaksanaan daring hingga akhirnya diputuskan ada jadwal rutin tiap bulan bahkan tiap minggu berkumpul mengerjakan tugas daring. Pasalnya peran pengampu tergolong dominan dan sangat krusial untuk membimbing peserta daring dan pengampu yang mumpuni dan berpengetahuan luas berkaitan dengan daring sehingga tugas sesi demi sesi terselesaikan dengan sempurna oleh para peserta daring. Dalam hal ini peran pengampu sangat cekatan memberikan solusi dan penyelesaian semua masalah dihadapi para guru dalam menyelesaikan tugas.
            Salah seorang pengampu yang tergolong mumpuni  dan diyakini memiliki pengetahuan yang lebih dari cukup masalah daring adalah Hj.Marlina, Mpd. Marlina adalah salah seorang guru SMK Negeri di salah satu sekolah di Jakarta yang selalu tabah dan sabar menghadapi berbagai pertanyaan dari guru peserta daring baik siang maupun maam hari. “Hanya sebatas membantu teman-teman sesama profesi aja kok. Masih sama-sama belajar.”ujar Marlina ketika ditemui saat guru guru bahasa Indonesia berkumpu untuk mengerjakan daring di SMA Negeri 35 Karet Tengsin Tanah Abang Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
            “Alhamdulillah seluruh Daring khususnya bahasa Indonesia hampir berakhir setelah berbulan- bulan para peserta bekerja keras siang dan malam. Ujian dilakukan pda beberapa sekolah SMA dan SMK di Jakarta. Meskipun hasilnya kurang memuaskan tapi minimal ilmu pengetahuan bertambah.” Kata Sri Muyati. Salah satu peserta daring.
Perlu diketahu bahwa moda daring  merupakan program Guru Pembelajar bertujuan meningkatkan kompetensi bagi guru di seluruh Indonesia dengan melibatkan partisipasi publik meliputi  pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan dalam bentuk pelatihan,
Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar dilakukan melalui tiga moda, yaitu
1. Moda Tatap Muka
2. Moda Dalam Jaringan (Daring) 
3. Moda daring kombinasi.
 Moda tatap muka merupakan bagian dari sistem pembelajaran di mana terjadi interaksi secara langsung antara  fasilitator dengan peserta pembelajaran. Interaksi pembelajaran yang terjadi dalam tatap muka meliputi pemberian input materi, tanya jawab, diskusi, latihan, kuis, praktik, dan penugasan.
          Moda Dalam Jaringan (Daring) merupakan program guru pembelajar yang dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi jaringan komputer dan internet.  Moda Daring bisa dilaksanakan dengan mempersiapkan sistem pembelajaran yang secara mandiri memberikan instruksi dan layanan pembelajaran kepada peserta tanpa melibatkan secara langsung pengampu dalam proses penyelenggaraannya.
       Moda daring kombinasi adalah moda yang mengkombinasikan antara tatap muka dengan daring. Dalam hal in, keterlibatan pengampu masih diperlukan, misalnya dalam memeriksa dan menilai tugas-tugas yang belum bisa dilaksanakan oleh system dan untuk membantu peserta apabila mengalami kesulitan yang belum mampu diatasi oleh sistem.
            Moda Daring Kombinasi dilaksanakan dengan mempersiapkan sistem pembelajaran yang membutuhkan keterlibatan secara langsung para pengampu dalam proses pembelajaran
Moda Daring Kombinasi dilaksanakan dengan mempersiapkan sistem pembelajaran yang membutuhkan keterlibatan secara langsung para pengampu dalam proses pembelajaran.
Keterlibatan para mentor dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara:
1. bertemu muka secara langsung dengan peserta; atau 
2. bertemu muka secara virtual, baik melalui video, audio, maupun teks. 
Ditjen GTK membagi ke dalam 3 moda program guru pembelajar. Klasifikasi moda tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan :
1. Peta kompetensi guru berdasarkan hasil UKG
2. Jumlah guru yang sangat besar 
3. Letak geografis dan distribusi guru diseluruh Indonesia
4. Ketersediaan koneksi internet 
5. Tingkat literasi guru dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi
6. Efisiensi biaya dan fleksibilitas pembelajaran 
7. Adanya beberapa unsur mata pelajaran (misalnya pelajaran vokasi) yang sulit untuk  
    disampaikan secara daring.
            Harapan kita agar daring bisa diselesaikan sebak-baiknya dan tepat waktu. Semoga bermanfaat   Syamsudin 35




Tidak ada komentar:

Posting Komentar