Daring
( Dalam Jaringan) mata pelajaran pelajaran bahasa Indonesia untuk DKI Jakarta
paling diminati para guru. Tidak heran setiap ada pertemuan puluhan peserta
daring berjubel memadati sekolah tempat pelaksanaan daring.
Berjubelnya peserta mengikuti daring
tidak terlepas dari semangat para guru bahasa Indonesia yang kreafif dan
cekatan mencari dan mengundang pengampu untuk memandu pelaksanaan daring hingga
akhirnya diputuskan ada jadwal rutin tiap bulan bahkan tiap minggu berkumpul
mengerjakan tugas daring. Pasalnya peran pengampu tergolong dominan dan sangat
krusial untuk membimbing peserta daring dan pengampu yang mumpuni dan
berpengetahuan luas berkaitan dengan daring sehingga tugas sesi demi sesi
terselesaikan dengan sempurna oleh para peserta daring. Dalam hal ini peran
pengampu sangat cekatan memberikan solusi dan penyelesaian semua masalah
dihadapi para guru dalam menyelesaikan tugas.
Salah seorang pengampu yang
tergolong mumpuni dan diyakini memiliki
pengetahuan yang lebih dari cukup masalah daring adalah Hj.Marlina, Mpd.
Marlina adalah salah seorang guru SMK Negeri di salah satu sekolah di Jakarta
yang selalu tabah dan sabar menghadapi berbagai pertanyaan dari guru peserta
daring baik siang maupun maam hari. “Hanya sebatas membantu teman-teman sesama
profesi aja kok. Masih sama-sama belajar.”ujar Marlina ketika ditemui saat guru
guru bahasa Indonesia berkumpu untuk mengerjakan daring di SMA Negeri 35 Karet
Tengsin Tanah Abang Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
“Alhamdulillah seluruh Daring
khususnya bahasa Indonesia hampir berakhir setelah berbulan- bulan para peserta
bekerja keras siang dan malam. Ujian dilakukan pda beberapa sekolah SMA dan SMK
di Jakarta. Meskipun hasilnya kurang memuaskan tapi minimal ilmu pengetahuan
bertambah.” Kata Sri Muyati. Salah satu peserta daring.
Perlu diketahu bahwa moda daring merupakan program Guru Pembelajar bertujuan meningkatkan
kompetensi bagi guru di seluruh Indonesia dengan melibatkan partisipasi publik
meliputi pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan
dalam bentuk pelatihan,
Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar
dilakukan melalui tiga moda, yaitu
1. Moda Tatap Muka
2. Moda Dalam Jaringan (Daring)
3. Moda
daring kombinasi.
Moda
tatap muka merupakan bagian dari sistem pembelajaran di mana terjadi interaksi
secara langsung antara fasilitator
dengan peserta pembelajaran. Interaksi pembelajaran yang terjadi dalam tatap
muka meliputi pemberian input materi, tanya jawab, diskusi, latihan, kuis,
praktik, dan penugasan.
Moda Dalam
Jaringan (Daring) merupakan program guru pembelajar yang
dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi jaringan komputer dan internet. Moda Daring bisa dilaksanakan dengan
mempersiapkan sistem pembelajaran yang secara mandiri memberikan instruksi
dan layanan pembelajaran kepada peserta tanpa melibatkan secara langsung
pengampu dalam proses penyelenggaraannya.
Moda daring kombinasi adalah moda yang
mengkombinasikan antara tatap muka dengan daring. Dalam hal in, keterlibatan
pengampu masih diperlukan, misalnya dalam memeriksa dan menilai tugas-tugas
yang belum bisa dilaksanakan oleh system dan untuk membantu peserta apabila
mengalami kesulitan yang belum mampu diatasi oleh sistem.
Moda Daring Kombinasi dilaksanakan dengan mempersiapkan sistem pembelajaran yang membutuhkan keterlibatan secara langsung para pengampu dalam proses pembelajaran
Moda Daring Kombinasi dilaksanakan dengan mempersiapkan sistem pembelajaran yang membutuhkan keterlibatan secara langsung para pengampu dalam proses pembelajaran
Moda Daring Kombinasi dilaksanakan dengan
mempersiapkan sistem pembelajaran yang membutuhkan keterlibatan secara langsung
para pengampu dalam proses pembelajaran.
Keterlibatan para mentor dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara:
1. bertemu muka secara langsung dengan peserta; atau
Keterlibatan para mentor dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara:
1. bertemu muka secara langsung dengan peserta; atau
2. bertemu muka secara
virtual, baik melalui video, audio, maupun teks.
Ditjen GTK membagi ke dalam 3 moda program guru pembelajar.
Klasifikasi moda tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan :
1.
Peta kompetensi guru berdasarkan hasil UKG
2.
Jumlah guru yang sangat besar
3. Letak
geografis dan distribusi guru diseluruh Indonesia
4.
Ketersediaan koneksi internet
5.
Tingkat literasi guru dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi
6.
Efisiensi biaya dan fleksibilitas pembelajaran
7.
Adanya beberapa unsur mata pelajaran (misalnya pelajaran vokasi) yang sulit
untuk
disampaikan secara daring.
Harapan kita agar daring bisa
diselesaikan sebak-baiknya dan tepat waktu. Semoga bermanfaat
Syamsudin 35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar