Editor
Syamsudin Mustafah |
Ilustrasi
: Jika ingin menjadi sukses seperti idola Anda maka belajarlah seperti dia. Itu
juga yang dilakukan oleh Jurnalis 35. Rata-rata mereka bercita-cita menjadi
jurnalis handal.Karena itu Tom Jurnalis 35 menimba ilmu kepada presenter dan
penyiar TVOne Winny Charita. Hasilnya……
Pewawancara : Apa
kiat anda sehingga menjadi presenter terkenal?
Narasumber
: Mmm.. sebenarnya saya juga belajar
dari nol ya, namanya belajar juga dari nol
tapi karena pengalaman juga karena jam terbang, karena terbiasa juga lama-lama
itu akan bisa mencapai atau bisa dikatakan membawakan suatu acara. Yang paling penting adalah tidak pernah berhenti untuk belajar
tapi karena pengalaman juga karena jam terbang, karena terbiasa juga lama-lama
itu akan bisa mencapai atau bisa dikatakan membawakan suatu acara. Yang paling penting adalah tidak pernah berhenti untuk belajar
Pewawancara : Lalu visi misi mbak sebagai presenter itu
apa ya ?
Narasumber : Visi misi aku tuh lebih sebagai tujuan
ataupun tantangan atau yang lain-lain gitu yah. Visi misi yah lebih kayak
membawakan acara itu lebih informative, memberikan informasi secara lebih clear
kepada masyarakat apalagi itu informasi penting, tidak menimbulkan
suatu pertanyaan kepada masyarakat tidak menjadi judge ataupun memberikan
kesimpulan sendiri terhadap suatu informasi, tetapi informasi itu bisa
kita berikan kepada masyarakat berdasarkan informasi juga dari orang ataupun dari
narasumber yang memang berkompetensi untuk menjawab pertanyaan dan penyiar
ini penting untuk memberikan informasi kepada msayarakat.
Winny Charita |
Pewawancara : Mbak Winny pernah mengalami kesulitan dalam
menyiarkan berita?
Narasumber : Mmmm pasti pernah ya. Namanya orang kan
belajar, prosesnya selalu ada dan kesulitan-kesulitan itu lama-lama itu
akan biasa dieliminasi kalau misalkan kita itu banyak belajar dan banyak bertanya,
kemudian banyak berkonsultasi sama yang lebih mengerti, sama yang lebih
ahli di bidangnya. Jadi, lebih banyak
seperti itu sih.
Pewawancara : Selama ini program kerjanya apa aja ya mbak di sisi lain ?
seperti itu sih.
Pewawancara : Selama ini program kerjanya apa aja ya mbak di sisi lain ?
Narasumber : Kalau aku kan disini seorang jurnalis,
jadi lain memang membawakan acara,aku juga sebagai seorang wartawan
televisi. Mencari berita untuk diinformasikan secara luas
kepada masyarakat Indonesia
Pewawancara :..Pernah gak sih dapat judge-judge yang negatif?
Narasumber : Hmmm… rata-rata pasti ada lah ya omongan- omongan
yang miring tentang sosok wartawan atau tentang sosok
presenter itu pasti ada, tapi kan tergantung apa yang kita lakukan, yang mengerti
apa yang kita lakukan hanya sendiri bukan orang lain, orang lain hanya bisa
menjudge tapi selama yang kita lakukan adalah benar , yaa.. itu fine-fine aja.
Pewawancara : Kalau cara menyiarkan berita yang baik itu
gimana ya mbak ?
Narasumber : Hmm… cara menyiarkan berita yang baik ya
pasti kita akan membacakan berita
atau membawakan berita yang memang sudah
tidak diragukan lagi akan kebenaran berita itu, itu yang paling penting. Kalau secara
membawakan secara perform seorang presenter membawakan
berita itu sama saja, rata-rata semua seperti itu, semua orang juga bisa
seperti itu. Tapi yang paling penting, informasi yang kita berikan itu
sifatnya penting dan berguna bagi masyarakat.
Pewawancara :Sebelum menjadi presenter terkenal pernah gak sih membawakan berita nervous
gitu, ?
Narasumber : Oh pasti, pasti banget . itu kan namannya
proses pasti selalu seperti itu.Dari pertama
kita yang tidak mengetahui apa-apa.Di tuntut untuk seperti ini untuk bisa
tampil di depan layar , untuk bisa berbicara lancar di layar , untuk lebih percaya
diri di layar.Itu semua kan acting ya.Ini kan ada proses pembelajarannya juga ya.Kita tuh sebagai seorang presenter
juga dapat pembelajarannya, kemudian juga ada salah-salah kata
,salah-salah kalimat .Itu sudah biasa terjadi namannya juga manusia kadang tak pernah lepas
dari salah .Tapi yang palingpenting adalah evaluasi dari setiap kesalahan
apa yang kita lakukan .Itu kitaakan belajar dan bisa mendapatkan yang benar dan
mengeliminasi yang salah-salah yang pernah kita lakukan
Pewawancara : Kan pernah ada berita yang booming tuh mbak,
yang salah satu presenter TVRI itu diserang sama demonstran
karena hasil pemilu itu dibilang curang. Kalau menurut mbak gimana ? padahal kan presenter
TVRI hanya memberikan kepada masyarakat,
kalau beritanya tuh kayak gini loh..
Narsumber : Ya itu merupakan bentuk cara yang bisa
dikatakan persuasif ya, sangat gencar sekali. Masyarakat datang ke TVRI dan
sebenarnya bukan dengan cara itu. Dengan cara berbicara secara baik-baik dengan
salah satu media di TVRI dan kita berbicara dengan baik-baik kemudian tidak
dengan datang dan mengerubungi kantor TVRI sepeerti itu. Mengklarifikasi secara
benar dengan empat mata itu lebih baik daripada kita datang langsung
mengerubungi tanpa tahu seperti apa kebenarannya. Dan saya tidak menonton TVRI,
karena memang TVRI merupakan salah satu televisi nasional milik pemerintah,
pasti ada pertimbangan-pertimbangan tertentu kalau memang mereka menaikkkan
berita yang sala. Dan apa yang dinaikkan oleh televisi RI terutama TVRI, pasti
tidak diragukam lagi leakuratan dan
perkembangan berita itu.
Pewawancara : Mbak kan pembawa acara berita terkenal, mbak
pernah gak sih dapat penghargaan
misalnya Panasonic gobel award ?
Narasumber : Oh, belum masih jauh, itu masih
belajar-belajar. Penghargaan itukan memang buat jurnalis yang memang sudah
berpengalaman, tidak diragukan lagi pengalamannya. Yah ada kategori-kategori
tertentulah dan itu masih jauh
Pewawancara : Kami bercita-cita seperti mbak kasih kiat
dong?
Narasumber : Ya, pelajaran buat kalian yang memang
tertarik untuk menjadi seorang jurnalis ada kesan inikan jurnalis orang yang
paling tau, orang yang sok pintar dan lain-lain. Padahal kita sama-sama gak tau
apa-apa. Kelebihan kita adalah kita bisa menemui langsung narasumber, berada di
suatu lokasi yang dinyatakan itu adalah tempat-tempat penting, misalnya
kebakaran, jatuhnya pesawat, dan lain-lain. Kelebihan kita disitu. Kita pun
punya link untuk berada disitu, untuk berdialog bersama narasumber, nah yang
paling penting adalah kita memberikan berita ini dengan informasi harus sesuai
dengan fakta, tidak ada yang dilebih-lebihkan. Karena memang fakta ini yang
harus dibutuhkan mayarakat untuk suatu kebenaran berita itu sendiri.
Pewawancara : Dalam menyiarkan berita ada berapa beria sih
dalam sekali take?
Narasumber : Kalo saya kan dulu pasif, profilenya
seperti itu ya. Berita harian daily news, kayaknya misalnya program kabar pagi,
kabr malam, kabar kejadian, ada yang durasimya satu jam. Kalau setengah jam itu
biasanya ada sekitar tiga segmen dan setiap segmen itu terdiri dari tiga sampai
empat berita berarti kalau tiga segmen ada dua belas berita. Kalau program satu
jam bisa dua puluh empat berita, nah kalau yang pagi ini karena infonya apa
kabar indonsia jadi tipe program kita bukan untuk membacakan berita secara
tekstual tapi lebih kepada dialog menggali informasi lebih dalam kepada
narasumber.
Pewawancara : Kan Mbak bilang tadi juga pernah menjadi
wartawan, pernah gak sih pas ada acara apa gitu trus tiba-tiba di telepon sama
bos, disuruh cari berita ini. Ada kabar kalau berita ini lagi booming?
Narasumber : Ehm… disuruh wawancara??. Oh pasti,
pasti, pasti. Kan kita ini sebagai seorang jurnalis ada resiko tersendiri yang
harus kita emban. Yang pertama seorang jurnalis harus siap ditempatin dimana
saja. Yang kedua, kita harus stand by on call dua puluh empat jam, jadi kalau
misalnya ada penugasan khusus, dari kantor untuk meliput suatu berita, ya kita
harus professional.
Pewawancara : Oh.. lebih menggunakan profesionalitas??
Narasumber : Ya, betul.
Pewawancara : Pernah meliput sesuatu yg mengerikan?
Narasumber : Ya itu pasti, kadang-kadang kalau
misalnya kita liputan apalagi liputan shift malam, banyak kasus terjadi
kecelakaan dimana-mana, otomatiskan kita melihat mayat secara langsung, atau
melihat korban-korban misalnya kita meliput tentang bom melihat korban-korban
yang jatuh yaitu sudah menjadi resiko, pekerjaa dari seorang jurnalis. Jadi
kalau misalkan ragu-ragu menjadi seorang jurnalis mendingan ga usah deh. Jadi
kalau anda yakin dengan profesi dengan sebagai seorang jurnalis anda harus
yakin dengan apa yang harus kita lakukan. Bukan hanya seorang jurnalis saja,
semua pekerjaan jika dilakukan dengan keyakinan dan juga ketidak ragu-raguan
kita bisa menikmati pekerjaan itu. (Tamat)