Senin, 03 Juni 2013

Wawancara Eksklusif Jurnalis 35, Sylviana Murni Wanita Betawi yang Patut Diteladani



             Editor
Syamsudin
Sylviana Murni
PENGATAR :Sylviana Murni adalah salah satu  sosok wanita Indonesia yang tegolong sukses. Berbagai prestasi  dan jabatan penting dipercayakan padanya. Saat ini menjabat sebagai Kasatpol PP.
Untuk mencari tahu tugas dan tanggung jawab yang dipikulnya Tim Jurnalis  SMAN 35 Jakarta mencoba mencari informasi dari Pelaksana Tugas Kepala Satuan Ppolisi Pamong Praja yaitu Ibu Sylviana Murni untuk melakukan wawancara. Berikut hasil wawancara lengkapnya :
            Jurnalis 35     :Selamat siang ibu Sylviana, apa kabar?
Narasumber    :Selamat siang untuk Fiqri Redha Sakina Silvi dan  Luthfan. Pertama-tama saya ingin memperkenalkan buku abang none yang saya karang sendiri buku ini untuk kalian bila dalam wawancara ada informasi yang kurang, anda bisa lihat buku ini. Di dalam buku ini ada CD kemudian ada database orang Betawi ini juga yang membuat saya sendiri karena saya sebagai orang Betawi asli lalu buku ini tolong diberi ke Kepala Sekola tolong jadikan ini sebagai properti perpustakaan sekola. Itulah pengantar dari saya kemudia apa yamg ingin di tanyakan adik-adik?
Jurnalis 35   : Mengawali dalam karir ibu pernah menjadi none Jakarta apakah sebelumnya ibu pernah bercita-cita atau memiliki keinginan untuk meraih gelar tersebut?
Proses wawancara

             Narasumber  : Tidak pernah. Jadi cita-cita ibu bukan berada di dunia fashion, ibu juga bukan orang yang fashionable jadi bisa berlenggak-lenggok di catwalk kemudian suka dandan itu semua jauh dari kepribadian ibu, tapi saya suka rapih saya tetap menampilkan feminitas saya tapi jika saya berada di dunia itu sama sekali jauh dari dunia saya ini. Namun kenapa saya ikut abang none? Karena begini, saya ini orang betawi asli jadi orang tua saya betawi asli ayah saya dari Jatinegara ibu saya dari Cikini. Kemudia saya ini ber 12 saudara, 2 meninggal keguguran jadi ada ber 10.  9 perempuan 1 laki-laki. Kemudian karena saya merasa sebagai orang betawi,kemudian ada seorang teman saya yang mengajak saya ikut abang none. Kemudia akhirnya saya timbul rasa tanggung jawab, paling tidak saya ini ingin mengembangkan dan melestarikan budaya betawi, tapi saya tidak perna bermimpi menjadi abang-none Jakarta karena none Jakarta itu terkesan bahwa dia cantik, tinggi, fotogenik, dan dunia nya itu dunia tidak tetap. Setelah di pelajari ternyata dunia abang-none ini bukan dunia seorang pragawati atau puteri yang lain-lain. Ternyata dunia abang-none ini adalah seorang duta dari ibu kota Jakarta yang perlu memperkenalkan  budaya
Jakarta yang di dalamnya ada seni kuliner dan lain-lain jadi saya berfikir agar tepat juga saya masuk abang-none karena semata-mata abang-none ini bukan hanya sekedar dinilai dari tinggi badan, kecantikan wajah tetapi bagaimana dia setidak-tidaknya standard beautu nya ada. Standard behavior nya ada. Kemudian dia juga punya standard yg menurut saya punya kualitas tanggung jawab. Saya berfikir pantas juga saya berterima kasih pada teman saya yang mengajak saya ikut abang-none. Pada saat itu saya tidak bermimpi untuk menjadi sang juara. Memang yang diikutsertakan itu finalis untuk ikut dalam kompetisi tingkat DKI adalah juara 1 2 dan 3. Dan ibu kebetulan juara 1, itu menurut saya aneh bin ajaib. Menurut saya karena saya tidak cantik, tapi mungkin saya juga memaklumi kenapa juri memenangkan saya karena pada saat itu saya ingin menjadi sarjana jadi tinggal wisuda, tinggal siding lalu karena tidak ada kegiatan lalu saya ikut itu
untuk mengisi waktu. Sementara saingan saya itu rata-rata baru semester 2 4 atau semester 5 sedangkan ibu sudah nyaris sarjana. Ya tentu saja dalam wawasan saya lebih kompotiter dari yang lain. Lalu ketika di DKI ibu lihat bahwa lawannya tinggi-tinggi, cantik-cantik, tapi karena saya daridulu suka berorganisasi, suka baca buku sesungguhnya, setiap manusia ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Kalau kita mampu mengemas potensi kelebihan kita ini akan menjadi sebuah kekuatan yang kemudian kita tampilkan, insya allah kita akan tumbuh atau yang Nampak ini adalah kelebihan kita dan bagaimana kita meminimalisir kekurangan kita. Misalnya, kalu saya pakai baju dengan baju yang kontradiktif antara warna kuning dan warna ungu sementara wajah saya pas-pas an  tinggi saya standard rasa nya saya akan melihat baju saya norak tapi kalau saya memakai baju yang gampang orang menganggap saya memakai baju bagus atau graduatif. Misalnya warna nya pink, lalu orang akan gampang menilai itu bagus. Tapi kalau dia kuning dengan ungu atau hijau dengan ungu, lalu pink dengan hitam itu sangat kontras kita harus mempunyai keberaninan khusus, lalu ibu bukan kategori orang yang berani tampil seperti itu karena ibu yakin kalau seperti itu akan menilai bagus. Lalu ibu juga mengatur kekuatan lewat kualitas menjawab pertanyaan dengan cara membaca. Kalau wawasan kita luas berlatih untuk memberikan pertanyaan atau menyampaikan sesuatu sudah terlatih. Memang ibu sudah terlatih dari kecil untuk menyampaikan sesuatu dan harus berani itu ternyata berdampak bahwa dengan cepat semua pertanyaan itu ibu jawab di analisis tentu nya jugaa landasan-landasan, teori, hokum serta lewat buku yang bagus. Tapi kalau kita tidak sering baca maka jawaban kita salah inilah salah satu nya kenapa sebagai kontribusi, ibu orang betawi, mantan none makanya lahir buku ini. Sebagai orang Betawi yang punya database orang Betawi lalu ibu mengumpulkan teman-teman ibu untuk membuat database ini. Saying yang terkumpul sedikit sekali sehingga tidak bisa dibagi.

          Jurnalis 35  : Pada saat ibu terpilih menjadi none Jakarta,bagaimana perasaan ibu selanjutnya? Apa keinginan ibu selanjutnya?
Hasil karya Syilviana Murni
          Narasumber  :  Waktu itu merasa seperti kayaknya seperti melayang dan tidak habis piker kok saya bisa menang,tapi setelah dianalisa saya pantas menang karena ada kelebihan saya dan saya menutupi kekurangannya. Jadi akhirnya saya bersyukur pada tuhan yang pertama saya bilang pada Allah bahwa “Ya Allah ini adalah langkah awal saya untuk memasuki dunia yang bukan dunia saya”,tapi saya wajib untuk bisa beradaptasi dengan dunia itu,lalu keinginan selajutnya tentu saja saya ingin selalu menanamkan didalam diri saya,bahwa setiap kerja harus total. Setiap saya memegang 1 amanat saya harus total. Ketika saya jadi none saya harus total artinya saya harus bekerja sebagai Dutanya Jakarta,mempromosikan kota Jakarta,memperkenalkan budaya asli Jakarta, yaitu betawi karena saya sendiri orang betawi, jadi harus total lalu saya bekerja dari pagi subuh harus mendampingi Gubernur berdialog dengan bahasa inggris dengan tamu-tamu asing dan mengajak tamu itu tertarik dengan budaya kita,dan dia senang dengan budaya kita dan dia tahu dengan budaya kita. Dan jika kita tahu misalnya menikmati makanan yang enak dari pedas kemanis dan membilas pedas tersebut itu pada mereka. Lalu cita-cita saya selanjutnya karna waktu itu none tahun 1981 belum nikah tentu saja cita-cita selanjutnya menikah,bekerja,lalu punya ilmu pengetahuan,mengaktualisasikan. Artinya ibu harus berkiprah,ibu punya ilmu masa ibu tidak menyampaikan. Jadi kalo dalam bahasa arab adalah itu “baligulini wallah ayah” artinya sampaikanlah walau satu ayat. Karena ibu merasa
sudah disekolahkan oleh orangtua ibu masa tidak mengapdi,tidak berarti kalo bekerja itu tidak mengapdi misalnya kita bisa mengapdi dirumah tetapi kita juga bisa berkiprah di luar rumah. Alangkah baiknya karena itu ibu bertemu seorang lelaki yang menjadi suami ibu. Itu adalah orang yang punya pemikiran Genderresponsifn yaitu tidak membedakan antara laki dan perempuan jadi laki-laki dan perempuan bisa dibedakan oleh peran dan fungsi bukan dia perempuan tidak bisa bekerja dan harus dirumah. Perempuan dia tidak bisa menjadi kepala satpol pp. tidak ada dikamus kehidupan kami baik dirumah maupun saya menikah. Karena terbukti suami saya ketika saya melahirkan anak saya,yang kedua dia mencuci baju karna waktu itu saya belum punya pembantu dia yang ikut masakin saya dan tidak merasa bahwa dia laki-laki tidak bisa memegang pekerjaan rumah tangga. Lalu sayapun begitu kurnasya bisa menyetir dari gadis kalo mobil misalnya perlu kebengkel saya tidak perlu suami saya saya bisa menjalani mobil itu sendiri sehingga betul-betul tidak ada pemisah yang tegas antara laki-laki dan perempuan tetapi siapa yang lebih kepada siapa yang sempat. Siapa yang mampu dan memang bisa kata kunci lainnya bagaimana saya
didorong sama suaminya karna dia tau saya punya potensi bukan hanya sampai es tapi saya terus didorong untuk bisa mengambil S2 dan tidak berenti sampul situ kalo perlu ambil S3 ambil doctor,terus didorong ternyata Alhamdulillah mampu. Bahkan beliau adalah suami saya ini mempunya target yang harus maksimal artinya bisa meraih ilmupun harus sampai puncak yaitu menjadi seorang guru besar. Dipatok waktu itu supaya saya punya semangat formasi pada usia 50th saya harus mendapat gelar guru besar. Alhamdulillah berkat kerja keras dan kami menjadi the dream team ,satu team yang kuat yang saling mendukung apabila ada salah satu keluarga yang mempunyai potensi dan Alhamdulillah saya bisa mencapai itu.

           Jurnalis 35 : Sejak ibu lulus dari pendidikan, kemudian ibu menjadi PNS di pemerintahan DKI Jakarta. Ibu juga pernah terjun ke dalam bidang politik dan internasional kemanusiaan (PMI) untuk itu kami mohon ibu agar menjelaskan bagaimana perjalan awal karir ibu hingga saat ini?
          Narasumber  :Pertama karena ibu ini dari sejak SMP sudah aktif dibidang organisasi. Pertama itu dibidang karang taruna, SMP itu ibu sudah aktif di karang taruna. SMA ibu aktif di OSIS, sampai ibu menjadi sekertaris OSIS se-DKI Jakarta waktu itu ada ikatan OSIS se-DKI dan ibu menjadi sekertarisnya, lalu kemudian saat masuk universitas ibu menjadi aktivis organisasi mahasiswa, mulai dari salah satu sekjen BPM ( Badan perwakilan Mahasiswa) Kemudian menjadi salah satu ketua SENAT di fakultas hokum, kemudian ibu juga pernah menjadi ketua untuk HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) terus ibu juga aktif di organisasi-organisasi
kemasyarakatan sampai di KOWANI (Kongres Wanita Indonesia), memang ibu hobi betul berorganisasi. Kemudian pada tahun 1981 selesai ibu sarjana ibu menjadi penatar P4 dan BP7, waktu itu sebelum PNS ibu menjadi penatar lalu menjadi manggala. Manggala itu adalah penatar tingkat tinggi. Kemudia karena waktu itu ibu punya cita-cita mau menjadi diplomat awalnya, diplomat ini adalah yang bisa bernegosiasi untuk bagaimana, Negara itu bisa dipandang oleh Negara lain/memperjuangkan hak-hak milik Negara-negara lainnya. Kemudian ibu berfikir lagi, kemudian ibu berfikir lagi, menjadi seorang diplomat ketika ssaya menikah dengan mungkin bekerja nya tidak diplomat ataupun dia menjadi diplomat tetap tidak satu tempat. Bagaimana dengan anak? Ibu berfikir kalau ibu itu paling enak jika jadi PNS. Waktu itu PNS itu pulangnya jam 3, ibu berpikir enak menjadi PNS, kemudian bekerja di PEMDA dan pulangnya bisa mengajar/ untuk megurus anak. Dan ternyata dari awal ibu bekerja sudah tidak pernah pulang sore. Karena ibu selalu menciptakan pekerjaan sambil bekerja ibu juga menatar sampai jam 6
atau pun juga pernah sampai jam 8/9 malam. Itu dimulai sejak ibu mempunyai anak ke 1 sampai anak ke 2. Yang pertama laki-laki yang kedua perempuan dan Alhamdulillah kedua nya sudah menikah, dan ibu mempunyai 2 cucu. Ini ibu ciptakan agar anak ibu dapat hidup mandiri supaya tidak bergantung pada bapak atau ibu, lalu bagaimana ibu tetap berkomunikasi agar tidak putus? Karena mereka harus mendapat penghargaan dan harus bisa berkomunikasi dimanapun, waktu itu belom ada handphone ibu bisa bersurat/bisa pesan/ada telpon dirumah, ibu telpon. Kemudian setelah itu bekerja menjadi penatar kemudian ibu pindah ke Biro Mental Spiritual, disana;lah ibu menjadi pejabat pertama kali di kepala HUB bagian pendidikan luar sekolah, yaitu megurus tentang anak-anak yang berkebutuhan khusus, jadi ada SLB. Ibu merasa senang sekali bekerja awal begitu pertama sebagai penatar ibu itu berbagi ilmu. Kalau ibu bekerja di sub bagian pendidikan luar sekolah itu adalah empati yang di tanamkan/yang ditajamkan, jadi simpati kita sebagai sesame kepedulian, merasa berbagi. Setelah menjadi kepala sub bagian pendidikan luar sekolah, kemudian ibu pindah menjadi kepala sub bagian seni budaya. Mungkin karena ibu mantan none, mungkin tau tentang budaya ini menjadi kepala bagian di atas sub bagian kasubak
seni budaya, lalu disanalah ibu Alhamdulillah sdisana ibu bisa jalan-jalan keliling dunia hampi semua Negara ibu kunjungi, artinya 5 benua itu sudah ibu kunjungi dan gratis .Kemudian dirumah tangga juga buat anak-anak.kalau anak anak narkoba buat apa kita merintih karir samapai berprestasi segala macamlah,suami bisa menjadi pengusa sukses lalu menjadi pejabat yang baik lalu dikenal oleh masyarakat banyak,tapi anaknya sekolah tidak selesai kan sama saja bohong. Lalu ibu berharap dan juga terus berdoa kepada Allah dan memberikan masukan masukan supaya bisa berhemat,kita tak boleh membuang waktu begitu saja. Alhamdulillah akhirnya 2 anak ibu ini yang pertama sudah menjadi S2 yang satu lulusan australia yang satunya lulusan new zeland. Dan alhamdulillah sekarang sudah menjadi mandiri sekali. Dia sudah punya 2 toko dan masih terus bekerja keras dan selalu berinovasi. Dan sudah punya istri dan juga anak dan diapun sangat sayang kepada anak-anaknya cucu saya hehehe. Dan istrinyapun S2 sedang mengikuti diCanbera dan saya sangat senang kepada anak laki-lak saya ini seperti bapaknya ya, tidak memandang cewe maupun cowo. Dia tahu istrinya punya kemampuan lalu dia selalu mendorong dan membantu istrinya itu agar bisa mendapatkan apa yang telah dituju olehnya. Makanya dia bekerja di australia terus dia meskipun mendapat gaji besar dia tidak sombong dan selalu izin kepada suaminya mau diapakan uangnya itu. Lalu anak ibu yang kedua baru saja menikah, anak ibu seorang dokter suaminya juga dokter. Meskipun sangat sibuk mereka itu pintar membagi waktu mereka kapan mereka jalan-jalan,kapan mereka ke tempat mertuanya dan ke tempat ibu(saya) mereka bisa mengaturnya dengan sangat baik. Saya privat secara domestik ibu tidak boleh sampai lupa bahwa ibu seorang istri dan memiliki suami dan harus mengurus anak-anak ibu tapi sekarang mengawasi dari jauh saja. Ibu juga bisa menjadi pemimpin yang elagiter,selalu meminta masukan dari staff dan berusaha menjadi sebuah the dream team. Kalau dirumah ber-dream team dengan keluar tapi kalo di kantar bersama staff-staff ibu. Nah itu kata kuncinya mengalah tetapi kita mendapat masukan tidak hanya kita mengajari otang lain tetapi kita juga belajar dari orang lain. Bagaimana kita sharing denga orang? Kita juga dapatkan sesuatu saling menukar pikiran dan menguasai teknologi,itu penting sekali. Ibu saja punya blog , FB , twitter , path , line , BB , whatsapp , uber ,dll. Ada juga kan gangnam style itu apalah itu sekarang ada harlem shake segala cari tahu apasih itu? Setidaknya kita tahu dan tidak ketinggalan jaman. Em kita juga bisa banyak belajar dari orang lain tidak hanya orang-orang kalangan atas ya, ibu juga pernah belajar dari seorang cleaning service,ibu juga belajar dari anak ibu sendiri. Ibu dulu tidak tahu bagaiman mainan path,kalu ibu ga ngerti ibu tanya sama anak ibu,anak ibu kan jurusan teknologi jadi banyak bertanya sama dia, bagaiman menggunakan blog, Fb ,bahkan ibu sampai punya 2 akun FB karena yang satu udah penuh. Ibu punya 2 HP, yang satu buat pribadi yang satu lagi buat siapa saja maksudnya itu sms dari siapapun ibu bales, telpon dari nomer ngaco ibu jawab karna itu ibu tak punya waktu luang. Jika ingin mewawancarai saya menggunakan surat formalitas saja. Akhirnya masyarakat mendapatkan kepuasan dan ibu pun turut ikut senang. Banyak orang yang ingin bertemu tapi karena sibuk bisa kirim lewat email saja bisa kok, sms juga bisa, bukan harus bertemu tapi masalah persoalannya. Karena kalo bertemu tapi tidak puas kan percuma jadi yang penting bagaimana masyarakat bisa terpuaskan dan dilayani dengan baik.

       
   Jurnalis 35 : Mencermati kesuksesan ibu dalam karir maupun rumah tangga, apa yang dapat ibu sampaikan pada kami kami inipara generasi muda penerus bangsa agar perjalanan muda penerus ini tidak sia-sia kita dapat mencapai sukses sebagaiman ibu telah lakukan?
          Narasumber  :Yang pesan ibu sehebat apapun kalian jangan pernah melupakan agama,belajar,belajar,belajar. Apapun agama kalian pasti disana mengajarkan hal baik. Kebetulan ibu agama islam,prinsip itu adalah “iqra” artinya bacalah. Bukan hanya membaca tapi juga punya makna luas membaca adalah belajar. Yaitu membaca fenomena alam atau lingkungan hidup. Jadi itu bacalah bacalah bacalah, sampai hari ini pun ibu tidak berhenti membaca al-qur’an. Karena ibu sibuk ibu sengaja memanggil ustad 2 minggu sekali yang mewajibkan ibu untuk mengaji. Waktunya setelah subuh jika selain itu ibu susah mendapatkan waktunya. Jadi ibu harus tetap mengaji. Yang kedua pesan ibu jangan lupakan 2R yang tadi yaitu REGULASI & RELIGIUS. Misalnya jangan melanggar peraturannya. Kemudian mampu membuat program untuk sistem kerja kita. Jadi harus dibuat time tablenya kita harus belajar dari pengalaman orang lain jangan orang lain belajar pengalaman buruk kita, tapi bagaimana kita belajar pengalaman buruk orang lain agar tidak terjadi pada diri kita sendiri. Jangan tinggalkan agama, bagaimana kita memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Kemudian yang tadi “smart work hard with heart” “best on regulation and religion” itu pesan ibu.
          Jurnalis 35   :Mudah-mudahan apa yang ibu sampaikan tadi dapat menjadi motivasi bagi kami,baiklah ibu terima kasih atas waktu dan kesempatan yang telah ibu berikan.
          Narasumber : Sama-sama, semoga kalian sukses. Ibu mendoakan semoga kalian menjadi generasi muda yang luar biasa dan bisa untuk menyumbang amal,ilmu, kepada nusa bangsa juga keluarga dan jangan lupa jadi kebanggaan orang tua juga membanggakan orang lain.(selesai )

 



51 komentar:

  1. sukses buat tim jurnalis sma 35, keren!

    BalasHapus
  2. dari informasi tersebut dan ditambah dengan buku yang Beliau berikan, sangat menarik

    BalasHapus
  3. wawancara yang sangat menarik dengan ibu sylviana murni.sukses ya...

    BalasHapus
  4. narasumber yang sangat perhatian! (edy)

    BalasHapus
  5. bagus ajadah biar cepet,fotonya banyak yang gak jelas,kalimatnya bisa di singkat sedikit gak???

    BalasHapus
  6. Narasumbernya membangun dan motivator yang baik bagi para anggota Tim Jurnalis SMAN 35

    BalasHapus
  7. patut dicontoh dapat narasumber sebagus ini

    BalasHapus
  8. semoga tim jurnalis 35 slalu bisa mewawancara orang hebat lainnya

    BalasHapus
  9. baik narasumber maupun pewawancaranya sangat interaktif (dwi rahma)

    BalasHapus
  10. narasumber yang baik (m.irsal)

    BalasHapus
  11. seorang Sylviana Murnipun memberikan bukunya, menarik sekali

    BalasHapus
  12. Beruntung sekali bisa bertemu narasumber yang insipiratif

    BalasHapus
  13. Informasi dari sang narasumber sangat membangun. (Banne Ginsana)

    BalasHapus
  14. Sangan menarik informasi yg narasumber berikan (ahmad luthfi)

    BalasHapus
  15. narasumbernya terlihat ramah

    BalasHapus
  16. wawancara ini memotivasi para wanita tentu nya,sukses.

    BalasHapus
  17. Jurnalis35 tak kalah di bandingkan SMA lainnya (Farhan Algi K)

    BalasHapus
  18. narasumber dan pewawancara cantik ya

    BalasHapus
  19. Wawancara yang mengesankan. (Tizra Ressidnarry)

    BalasHapus
  20. narasumber nya baik dan pewancara nya juga hebat top top top

    BalasHapus
  21. Pengalaman wawancara yang bagus

    BalasHapus
  22. narasumber yang baik dan ramah

    BalasHapus
  23. wawancaranya menarik dan juga dapat menjadi inspirasi buat kita

    BalasHapus
  24. sangat menarik dan berkualitas

    BalasHapus
  25. Sylviana Murni, wanita dengan segudang prestasi.

    BalasHapus
  26. semoga rakyat indonesia bisa mencontoh seperti Bu Syilviana

    BalasHapus
  27. narasumbernya ramah dan patut dicontoh

    BalasHapus
  28. informasi yg didapat bisa menjadi pelajaran dan sangat memotivasika.keren

    BalasHapus
  29. sangat baik dan dapat dicontoh untuk semua pembaca

    BalasHapus
  30. bagus dan kompak sekali saat wawancara

    BalasHapus