Sabtu, 15 Juni 2013

Wawancara Ekslusif Jurnalis 35, Winny Charita, Semua Berasal Dari Belajar



                                                                                                                 Editor
Syamsudin Mustafah
Ilustrasi : Jika ingin menjadi sukses seperti idola Anda maka belajarlah seperti dia. Itu juga yang dilakukan oleh Jurnalis 35. Rata-rata mereka bercita-cita menjadi jurnalis handal.Karena itu Tom Jurnalis 35 menimba ilmu kepada presenter dan penyiar TVOne Winny Charita. Hasilnya……
Pewawancara  :  Apa kiat anda sehingga menjadi presenter terkenal?
Narasumber    : Mmm.. sebenarnya saya juga belajar dari   nol ya, namanya belajar juga dari nol
  tapi karena pengalaman juga karena jam terbang, karena terbiasa juga lama-lama
 itu akan bisa mencapai atau bisa dikatakan membawakan suatu acara. Yang  paling penting adalah tidak pernah berhenti untuk belajar
Pewawancara  : Lalu visi misi mbak sebagai presenter itu apa ya ?
Narasumber     : Visi misi aku tuh lebih sebagai tujuan  ataupun tantangan atau yang lain-lain gitu  yah. Visi misi yah lebih kayak membawakan acara itu lebih informative,  memberikan informasi secara lebih clear kepada masyarakat apalagi itu informasi penting, tidak menimbulkan suatu pertanyaan kepada masyarakat  tidak menjadi judge ataupun memberikan kesimpulan sendiri terhadap suatu  informasi, tetapi informasi itu bisa kita berikan kepada masyarakat berdasarkan  informasi juga dari orang ataupun dari narasumber yang memang berkompetensi  untuk menjawab pertanyaan dan penyiar ini penting untuk memberikan  informasi kepada msayarakat.
Winny Charita
Pewawancara : Mbak Winny pernah mengalami kesulitan dalam menyiarkan berita?
Narasumber   : Mmmm pasti pernah ya. Namanya orang kan belajar, prosesnya selalu ada dan kesulitan-kesulitan itu lama-lama itu akan biasa dieliminasi kalau misalkan kita  itu banyak belajar dan banyak bertanya, kemudian banyak berkonsultasi sama  yang lebih mengerti, sama yang lebih ahli di bidangnya. Jadi, lebih banyak
  seperti itu sih.

Pewawancara  : Selama ini program kerjanya apa aja ya mbak di sisi lain ?
Narasumber  : Kalau aku kan disini seorang jurnalis, jadi lain    memang membawakan acara,aku juga sebagai seorang wartawan televisi. Mencari berita untuk diinformasikan    secara luas kepada masyarakat Indonesia
Pewawancara  :..Pernah gak sih dapat judge-judge  yang negatif?
Narasumber     : Hmmm… rata-rata pasti ada lah ya omongan-  omongan yang miring tentang  sosok wartawan atau tentang sosok presenter itu pasti ada, tapi kan tergantung  apa yang kita lakukan, yang mengerti apa yang kita lakukan hanya sendiri bukan  orang lain, orang lain hanya bisa menjudge tapi selama yang kita lakukan adalah  benar , yaa.. itu fine-fine aja.
Pewawancara  : Kalau cara menyiarkan berita yang baik itu gimana ya mbak ?
Narasumber    : Hmm… cara menyiarkan berita yang baik ya pasti kita akan membacakan berita  atau membawakan berita yang memang sudah tidak diragukan lagi akan   kebenaran berita itu,  itu yang paling penting. Kalau secara membawakan secara   perform seorang presenter membawakan berita itu sama saja, rata-rata semua   seperti itu, semua orang juga bisa seperti itu. Tapi yang paling penting,   informasi yang kita berikan itu sifatnya penting dan berguna bagi masyarakat.
Pewawancara  :Sebelum menjadi presenter terkenal   pernah gak sih membawakan berita nervous gitu, ?
Narasumber  : Oh pasti, pasti banget . itu kan namannya proses pasti selalu seperti itu.Dari pertama kita yang tidak mengetahui apa-apa.Di tuntut untuk seperti ini untuk    bisa tampil di depan layar , untuk bisa berbicara lancar di layar , untuk lebih   percaya diri di layar.Itu semua kan acting ya.Ini kan ada proses pembelajarannya   juga ya.Kita tuh sebagai seorang presenter juga dapat pembelajarannya,    kemudian juga ada salah-salah kata ,salah-salah kalimat .Itu sudah biasa terjadi  namannya juga manusia kadang tak pernah lepas dari salah .Tapi yang palingpenting adalah evaluasi dari setiap kesalahan apa yang kita lakukan .Itu kitaakan  belajar dan bisa mendapatkan yang benar dan mengeliminasi yang salah-salah   yang pernah kita lakukan 
Pewawancara  : Kan pernah ada berita yang booming tuh mbak, yang salah satu presenter TVRI itu diserang sama demonstran karena hasil pemilu itu dibilang curang. Kalau  menurut mbak gimana ? padahal kan presenter TVRI hanya memberikan kepada  masyarakat, kalau beritanya tuh kayak gini loh..
Narsumber       : Ya itu merupakan bentuk cara yang bisa dikatakan persuasif ya, sangat gencar sekali. Masyarakat datang ke TVRI dan sebenarnya bukan dengan cara itu. Dengan cara berbicara secara baik-baik dengan salah satu media di TVRI dan kita berbicara dengan baik-baik kemudian tidak dengan datang dan mengerubungi kantor TVRI sepeerti itu. Mengklarifikasi secara benar dengan empat mata itu lebih baik daripada kita datang langsung mengerubungi tanpa tahu seperti apa kebenarannya. Dan saya tidak menonton TVRI, karena memang TVRI merupakan salah satu televisi nasional milik pemerintah, pasti ada pertimbangan-pertimbangan tertentu kalau memang mereka menaikkkan berita yang sala. Dan apa yang dinaikkan oleh televisi RI terutama TVRI, pasti tidak diragukam lagi leakuratan dan
perkembangan berita itu.
Pewawancara  : Mbak kan pembawa acara berita terkenal, mbak pernah gak sih dapat   penghargaan misalnya Panasonic gobel award ?
Narasumber  : Oh, belum masih jauh, itu masih belajar-belajar. Penghargaan itukan memang buat jurnalis yang memang sudah berpengalaman, tidak diragukan lagi pengalamannya. Yah ada kategori-kategori tertentulah dan itu masih jauh
Pewawancara  : Kami bercita-cita seperti mbak kasih kiat dong?
Narasumber     : Ya, pelajaran buat kalian yang memang tertarik untuk menjadi seorang jurnalis ada kesan inikan jurnalis orang yang paling tau, orang yang sok pintar dan lain-lain. Padahal kita sama-sama gak tau apa-apa. Kelebihan kita adalah kita bisa menemui langsung narasumber, berada di suatu lokasi yang dinyatakan itu adalah tempat-tempat penting, misalnya kebakaran, jatuhnya pesawat, dan lain-lain. Kelebihan kita disitu. Kita pun punya link untuk berada disitu, untuk berdialog bersama narasumber, nah yang paling penting adalah kita memberikan berita ini dengan informasi harus sesuai dengan fakta, tidak ada yang dilebih-lebihkan. Karena memang fakta ini yang harus dibutuhkan mayarakat untuk suatu kebenaran berita itu sendiri.
Pewawancara  : Dalam menyiarkan berita ada berapa beria sih dalam sekali take?
Narasumber     : Kalo saya kan dulu pasif, profilenya seperti itu ya. Berita harian daily news, kayaknya misalnya program kabar pagi, kabr malam, kabar kejadian, ada yang durasimya satu jam. Kalau setengah jam itu biasanya ada sekitar tiga segmen dan setiap segmen itu terdiri dari tiga sampai empat berita berarti kalau tiga segmen ada dua belas berita. Kalau program satu jam bisa dua puluh empat berita, nah kalau yang pagi ini karena infonya apa kabar indonsia jadi tipe program kita bukan untuk membacakan berita secara tekstual tapi lebih kepada dialog menggali informasi lebih dalam kepada narasumber.
Pewawancara  : Kan Mbak bilang tadi juga pernah menjadi wartawan, pernah gak sih pas ada acara apa gitu trus tiba-tiba di telepon sama bos, disuruh cari berita ini. Ada kabar kalau berita ini lagi booming?
Narasumber     : Ehm… disuruh wawancara??. Oh pasti, pasti, pasti. Kan kita ini sebagai seorang jurnalis ada resiko tersendiri yang harus kita emban. Yang pertama seorang jurnalis harus siap ditempatin dimana saja. Yang kedua, kita harus stand by on call dua puluh empat jam, jadi kalau misalnya ada penugasan khusus, dari kantor untuk meliput suatu berita, ya kita harus professional.
Pewawancara  : Oh.. lebih menggunakan profesionalitas??
Narasumber     : Ya, betul.
Pewawancara  : Pernah meliput sesuatu yg mengerikan?

 Narasumber     : Ya itu pasti, kadang-kadang kalau misalnya kita liputan apalagi liputan shift malam, banyak kasus terjadi kecelakaan dimana-mana, otomatiskan kita melihat mayat secara langsung, atau melihat korban-korban misalnya kita meliput tentang bom melihat korban-korban yang jatuh yaitu sudah menjadi resiko, pekerjaa dari seorang jurnalis. Jadi kalau misalkan ragu-ragu menjadi seorang jurnalis mendingan ga usah deh. Jadi kalau anda yakin dengan profesi dengan sebagai seorang jurnalis anda harus yakin dengan apa yang harus kita lakukan. Bukan hanya seorang jurnalis saja, semua pekerjaan jika dilakukan dengan keyakinan dan juga ketidak ragu-raguan kita bisa menikmati pekerjaan itu. (Tamat)





29 komentar:

  1. wawancaranya cukup bagus& kren.! (edy)

    BalasHapus
  2. Setuju dan sangat menarik! Seorang jurnalis pun dimulai dari nol untuk bisa berkarir secara profesional. (Banne Ginsana)

    BalasHapus
  3. artikelnya memotivasi orang banyak !

    BalasHapus
  4. terlihat mengesankan dalam melaksanakan wawancara tersebut.

    BalasHapus
  5. Sangat bagus dan oke menarik

    BalasHapus
  6. Jurnalis35 tak kalah bagus di bandingkan SMA lainnya. Sebagai Jurnalis harus berpenampilan bagus dan baik. contohnya, menggunakan sepatu.Dan jangan bawa kebiasan rumah yg negatif ke dalam lingkungan yang resmi. (Farhan Algi K)

    BalasHapus
  7. betul sekali dgn yg dimaskut farhan,sbg jurnalis tentu nya haru tau dan bisa membedakan orang yang akan ditemuinya. (Riezky Juliadra)

    BalasHapus
  8. wawancara yang menarik dan menginspirasi (astrid wulandari h)

    BalasHapus
  9. Informasi yang didapat sangat memberikan motivasi untuk menjadi prensenter

    BalasHapus
  10. Wawancaranya bagus dan sangat inspiratif

    BalasHapus
  11. informasi yg diberikan sangat bagus

    BalasHapus
  12. yang paling penting adalah tidak berhenti untuk belajar..

    BalasHapus
  13. informasi yg diangkat cukup menarik dan sudah baik untuk ukuran siswa

    BalasHapus
  14. informasinya bagus untuk kedepanya

    BalasHapus
  15. wawancaranya bagus dan menarik......

    BalasHapus
  16. sangat menarik dan semoga bisa lebih baik

    BalasHapus
  17. sangat bermanfaat dan dapat memotivasi

    BalasHapus
  18. bagus nh wawancara nya top top top

    BalasHapus
  19. narasumbernya memberi inspirasi

    BalasHapus